KasyifatuSaja02 Mukaddimah Syeh Salim bin Sumair dan Tentang Basmalah
KasyifatuSaja #2
Mukaddimah Syeh Salim bin Sumair
Tentang Basmalah
Syeh Salim bin Sumair al-Hadromi berkata,"Bismillahirrahmanirrahim"
artinya dengan perantara setiap nama dari nama-nama Dzat Yang
Maha Tinggi, yang bersifatan dengan kesempurnaan perbuatanperbuatan
atau yang bersifatan dengan menghendaki perbuataanperbuatan,
aku menyusun [kitab] seraya mengharap barokah atau
meminta pertolongan. Tafsiran basmalah ini adalah tafsiran yang
dijelaskan oleh Syaikhuna ad-Dimyati dalam Khasyiah Ushul Fiqihnya.
Anjuran Mengawali Sesuatu dengan Basmalah
Mushonnif, yaitu Syeh Salim bin Sumair al-Hadromi
mengawali kitabnya dengan basmalah karena mengikuti al-Quran
yang mulia, yang mana al-Quran juga diawali dengan basmalah,
maksudnya, al-Quran diawali dengan basmalah saat al-Quran itu
masih ada di Lauh Mahfdudz, atau setelah dikumpulkan dan
diurutkan dalam mushaf.
Adapun riwayat yang menyebutkan, "Yang
pertama kali ditulis oleh al-qolam adalah kalimat, 'Aku adalah Allah
Yang Maha menerima taubat dan Aku akan menerima taubat hamba
yang bertaubat,'" maka tulisan tersebut terdapat di tiang 'Arsy.
Selain itu, Syeh Salim bin Sumair mengawali kitabnya
dengan basmalah karena mengikuti dan mentaati perintah Rasulullah
shollallahu 'alaihi wa sallama dalam sabdanya, "Sesungguhnya
yang pertama kali ditulis oleh al-qolam adalah "Bismillahirrahmanirrahim"'.
Oleh karena itu, ketika kalian menulis sebuah buku maka tulislah
basmalah di awalnya. Basmalah adalah kunci atau pembuka setiap
kitab yang diwahyukan. Ketika Jibril turun menemuiku membawa
wahyu basmalah, ia membacanya tiga kali dan berkata, 'Basmalah
adalah untukmu dan umatmu. Perintahkanlah mereka untuk tidak
meninggalkan basmalah dalam semua urusan mereka, karena
sesungguhnya aku tidak pernah meninggalkannya sekedip matapun
semenjak basmalah diturunkan kepada bapakmu, Adam 'alaihi assalaam.
Begitu juga para malaikat tidak pernah meninggalkannya.'"
Dalam sebuah riwayat disebutkan, "Ketika kalian menulis
sebuah kitab atau buku, maka tulislah basmalah pada permulaannya.
Kemudian ketika kalian sudah menulisnya maka bacalah basmalah
itu."
Diriwayatkan dari Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama
bahwa beliau bersabda, "Berbuatlah seperti perbuatan Allah!" Tidak
diragukan lagi bahwa kebiasaan perbuatan Allah adalah mengawali
setiap Surat dalam al-Quran dengan basmalah kecuali Surat at-
Taubat. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk mengawali
melakukan perbuatan yang baik menurut syariat dengan basmalah.
Begitu juga, Syeh Salim bin Sumair mengawali kitabnya
dengan basmalah karena mengamalkan hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Daud dan lainnya, yaitu;
Artinya: Setiap perkara yang baik menurut syariat yang karenanya
tidak diawali dengan, "Bismillahirrahmanirrahim" maka perkara tersebut adalah
abtar, atau aqtok, atau ajdzam.
Kata "albal" dalam hadis di atas berarti kemuliaan, keagungan,
keadaan, dan keadaan yang dinilai penting oleh Syariat. Sedangkan
pengertian "dinilai penting oleh Syariat" adalah perkara yang
dianjurkan atau diperbolehkan oleh syariat, sekiranya perkara itu
tidak diharamkan karena dzatnya dan tidak dimakruhkan karena
dzatnya. Oleh karena itu, basmalah tidak dianjurkan dalam perkaraperkara
yang remeh atau hina, seperti menyapu kotoran hewan, dan
tidak dianjurkan dalam dzikir yang murni (mahdoh), seperti dzikir
Laa Ilaha Illa Allah.
Syeh Umairah berkata, lafadz "albal" juga bisa berarti ' "Alqolbi"
atau hati. Oleh karena itu, seolah-olah perkara tersebut, karena
kemuliaan dan keagungannya, telah menguasai hati orang yang
melakukan perkara tersebut karena hatinya tengah dihadapkan
dengan dan difokuskan pada perkara itu.
Lafadz "fii" dalam sabda Rasulullah "fiihi" di atas memiliki arti
sababiah berdasarkan pengqiasan dengan sabda beliau;
"Seorang wanita masuk ke dalam neraka sebab kucing [yang ia
kekang dan tidak diberinya makan]." Wanita tersebut berasal dari
Bani Israil.
Lafadz "alibtar" berarti yang terpotong ekornya. Lafadz "Al iqto'"
berarti orang yang terpotong kedua tangannya atau salah satu dari
keduanya. Lafadz "al-ajdzam" dengan huruf /dza/ yang bertitik satu berarti
yang terpotong tangannya. Ada yang mengatakan lafadz "alajdzam" berarti yang hilang jari-jarinya. Al-Barowi berkata, "Ajdzam adalah
sebuah penyakit tertentu yang sudah terkenal." Dalam hadis Kullu
Amrin ...dst di atas mengandung susunan tasybih al-baligh.
Arti hadis di atas adalah "Setiap perkara yang memiliki
kemuliaan atau keagungan, atau setiap perkara yang dianjurkan
dilakukan atau yang diperbolehkan dilakukan atau setiap perkara
yang memiliki hati, yang sebab perkara tersebut tidak diawali dengan
"Bismillahirrahmanirrahim" maka perkara tersebut adalah seperti hewan yang
terpotong ekornya, atau seperti manusia yang terpotong kedua
tangannya, atau seperti manusia yang hilang jari-jarinya, atau seperti
manusia yang mengidap penyakit kusta, dalam artian bahwa perkara
tersebut memiliki kekurangan dan cacat menurut syariat meskipun
secara dzohir atau nampaknya, perkara tersebut telah terselesaikan.
Perbedaan Pendapat Ulama Seputar Basmalah.
Masalah basmalah telah diperselisihkan oleh ulama tentang
apakah basmalah termasuk salah satu ayat dari al-Fatihah dan
apakah termasuk salah satu ayat dari setiap Surat dalam al-Quran?
05-11-2020 (459)
safinatun naja kasyifatus saja fiqih islam pdf gratis zalfaz
Jangan lupa klik iklan dan tulis komentar biar semangat bikin kontent..