KasyifatuSaja04 Mukaddimah Keluarga Rasulullah Sahabat Tabiin lahaula
Donasi klik link ini https://saweria.co/zalfaz
KasyifatuSaja #4
Mukaddimah Syeh Salim bin Sumair 3
Pengertian Keluarga Rasulullah, Sahabat, Tabiin
[Dan] sholawat dan salam tercurahkan untuk [para
keluarganya]. Yang dimaksud dengan para keluarga Rasulullah
adalah seluruh umat yang menerima ajakan dakwahnya karena
adanya hadis, "Keluarga Muhammad adalah setiap orang yang
bertakwa." Hadis ini diriwayatkan oleh Tabrani.
Pengertian keluarga Rasulullah di atas adalah yang lebih
pantas dalam maqom doa, meskipun mereka adalah orang-orang
yang bermaksiat karena orang-orang yang bermaksiat lebih
membutuhkan untuk didoakan daripada yang selain mereka. Adapun
dalam maqom zakat, yang dimaksud dengan keluarga Rasulullah
adalah mereka yang berasal dari keturunan Bani Hasyim dan Bani
Muthollib.
(TANBIH) Asal lafadz "al" adalah "ahlu". Huruf "ha" diganti
dengan hamzah untuk mempermudah menggantinya menjadi alif.
Kemudian hamzah diganti dengan alif karena menyandang sukun
dan huruf sebelumnya berharokat fathah. Ini adalah perubahan
menurut madzhab Sibawaih.
Kisai berkata, "Asal lafadz "al" adalah "awula" berdasarkan
wazan dari lafadz "jamula". Huruf wawu menyandang harokat dan
huruf sebelumnya dibaca fathah maka huruf wawu diganti dengan
alif.
[Dan] sholawat dan salam semoga tercurahkan pula untuk
[para sahabat Rasulullah]. Yang dimaksud sahabat adalah orang
yang berkumpul dengan Rasulullah serta percaya kepada beliau
setelah beliau diutus sebagai seorang rasul meskipun belum
diperintahkan untuk berdakwah pada masa hidupnya dengan bentuk
perkumpulan yang saling mengenal, sekiranya perkumpulan tersebut
berada di bumi, meskipun gelap, atau meskipun orang itu adalah buta
dan meskipun orang itu tidak menyadari keberadaan Rasulullah, atau
orang itu belum tamyiz, atau salah satu dari orang itu dan Rasulullah
adalah yang melewati salah satu dari keduanya, meskipun dalam
keadaan tidur, atau tidak berkumpul dengan Rasulullah tetapi
Rasulullah melihat orang itu, atau orang itu melihat Rasulullah
meskipun dari jarak yang jauh, meskipun hanya sebentar.
Berbeda dengan tabiin atau pengikut sahabat, maka status
tab'iyah tidak akan disandang kecuali disertai dengan lamanya
berkumpul bersama sahabat pada umumnya, sebagaimana menurut
pendapat ashoh dari ulama ahli Ushul dan juga para Fuqoha. Status
tab'iyah bagi tabiin tidaklah cukup hanya dengan pernah bertemu
sahabat saja. Berbeda dengan orang yang berstatus sahabat, maka
status sahabat dapat disandangnya meskipun hanya sekedar pernah
bertemu dengan Rasulullah karena berkumpul dengan Rasulullah
memberikan pengaruh cahaya hati yang lebih berlipat ganda daripada
pengaruh cahaya hati yang dihasilkan dengan berkumpul lama
dengan sahabat atau yang lainnya. Akan tetapi, Ahmad Suhaimi
mengatakan, "Orang yang berstatus tabiin adalah orang yang pernah
bertemu dengan sahabat meskipun dalam waktu yang sebentar dan
meskipun tidak mendengar riwayat darinya."
Ketahuilah! Menurut Ahli Sunnah, sesungguhnya keutamaan
Khulafa ar-Rosyidin empat dalam jabatan kekhalifahan secara urut,
yang paling utama adalah Abu Bakar, namanya adalah Abdullah,
kemudian Umar, kemudian Usman, kemudian Ali radhiyallahu
'anhum.
Dalil urutan keutamaan mereka ditunjukkan oleh hadis dari
Ibnu Umar, "Kami berkata dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa
sallama mendengar perkataan kami, 'Orang terbaik dari umat ini
setelah Nabinya adalah Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian
Usman, kemudian Ali.' Dan Rasulullah tidak menyangkal perkataan
kami."
Setelah Khulafa ar-Rasyidin, kemudian disusul oleh 6
(enam) sabahat lain dalam hal lebih utama dibanding yang lain.
Mereka adalah Tolhah, Zubair, Abdurrahman, Sa'ad, Sa'id, dan
Amir. Tidak ada nash atau penjelasan yang menunjukkan urutan
keutamaan mereka karena adanya perbedaan keutamaan di antara
mereka. Oleh karena itu kami tidak mengurutkan mereka dari segi
siapa yang lebih utama.
Adapun orang yang berkumpul bersama-sama dengan para
nabi sebelum Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama, disebut
dengan Hawariyuun.
[ajmain] atau seluruhnya. Ini adalah taukid pada lafadz "aalihi" dan
"sohbihi". Maksudnya, semoga tercurahkan juga sholawat dan salam
atas seluruh keluarga dan sahabat Rasulullah.
(TANBIH) Muhammad Andalusi berkata, "Adapun lafadz
"ajmain" dan lafadz-lafadz taukid yang mengikutinya merupakan isimisim
ma'rifat dengan sifat alam al-jinsiah. Adapun lafadz "ainu", nafsu, dan "kullu"
maka merupakan isim-isim makrifat dengan
mengidhofahkannya pada dhomir muakkad.
Makna dan Keutamaan "Lahaula wala quwwata illa billah"
Lahaula wala quwwata illa billahil aliyyil adhim artinya tidak ada kemampuan
menghindari maksiat kecuali dengan pertolongan Allah dan tidak ada
kekuatan melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan-Nya.
Demikian ini adalah tafsirannya yang terdengar dari Rasulullah
'alaihi as-salam dari Jibril, seperti yang disebutkan oleh Syaikhuna
Yusuf as-Sunbulawini. Lafadz "al aliyyii" berarti Yang Maha Luhur
Derajat-Nya, dan Yang Maha Suci dari segala sesuatu selain-Nya.
Lafadz "al adhim" berarti Yang Memiliki Keagungan dan Kesombongan,
seperti yang dikatakan oleh as-Showi.
Adapun Syeh Salim bin Sumair al-Hadromi mendatangkan
lafadz hauqolah ( Lahaula wala quwwata illa billah) adalah karena mengakui
ketidakmampuannya akan menghindari maksiat dan melakukan
ketaatan kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Alasan ini
merupakan bukti keikhlasan darinya radhiyallahu 'anhu,
sebagaimana telah dikatakan oleh sebagian ulama, "Absahkanlah
amalmu dengan ikhlas dan absahkanlah keikhlasanmu dengan
mengakui ketidakmampuanmu menghindari maksiat dan melakukan
ketaatan kecuali dengan (pertolongan) Allah!"
Selain itu, lafadz hauqolah adalah tanaman-tanaman surga,
seperti yang disebutkan dalam hadis Mi'roj, "Ketika Rasulullah
shollallahu 'alaihi wa sallama melihat Nabi Ibrahim 'alaihi assalam
yang tengah duduk di samping pintu surga di atas kursi yang
terbuat dari intan zabarjud hijau, Nabi Ibrahim berkata kepada
Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama 'Perintahkanlah umatmu
untuk memperbanyak tanaman-tanaman surga karena tanah surga
sangatlah subur dan luas!' Rasulullah bertanya, 'Apa tanamantanaman
surga itu?' Nabi Ibrahim menjawab, 'Tanaman-tanaman
surga adalah Lahaula wala quwwata illa billahil aliyyil adhim.
Qulyubi berkata dalam Syarah al-Mi'roj, "(Faedah)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa ia
berkata, 'Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama bersabda; Barang
siapa berjalan menuju orang yang menghutanginya dengan
membawa hak pihak yang menghutangi karena hendak membayar
hutang kepadanya maka binatang-binatang di atas bumi dan ikanikan
di lautan memintakan rahmat untuknya, dan ditanamkan
baginya pohon di surga dengan setiap langkahnya, dan diampuni
dosa darinya. Tidak ada orang yang berhutang yang menunda-nunda
membayar kepada orang yang menghutanginya padahal ia mampu
untuk membayarnya kecuali Allah menulis dosa untuknya di setiap
waktu.'"
Termasuk keistimewaan kalimah hauqolah adalah seperti
yang tertulis dalam kitab Fawaid asy-Syarji bahwa Ibnu Abi Dun -ya
berkata dengan sanadnya yang sampai pada Rasulullah shollallahu
'alaihi wa sallama bahwa beliau bersabda, "Barang siapa membaca
"Lahaula wala quwwata illa billahil aliyyil adhim" setiap hari 100 kali maka ia tidak akan
tertimpa kefakiran selamanya."
Diriwayatkan dalam hadis juga, "Ketika seseorang memiliki
hajat yang penting, dan ia membaca "Lahaula wala quwwata illa billahil aliyyil adhim"
sebanyak minimal 300 kali maka Allah memudahkan hajat itu."
Demikian ini disebutkan oleh Syaikhuna Yusuf dalam Hasyiah-nya
'Ala al-Mi'roj.
[TANBIH]
Ulama radhiyallahu 'anhum berkata, "Ketahuilah!
Sesungguhnya seseorang tidak akan diberi pahala atas dzikirnya
kecuali ketika ia mengetahui makna dzikirnya tersebut meskipun
secara global. Berbeda dengan al-Quran, maka sesungguhnya orang
yang membacanya akan diberi pahala secara mutlak, baik
mengetahui maknanya ataupun tidak." Demikian ini disebutkan oleh
Qulyubi.
FAEDAH
Al-Muqoddasi rahimahullah berkata, "Huruf "alif lam" yang masuk
dalam lafadz nama-nama Allah ta'ala berfungsi menunjukkan arti
kesempurnaan, bukan arti umum atau 'ahdi." Sibawaih berkata,
"Huruf "lam" yang berfungsi memakrifatkan (isim nakiroh) bisa
menunjukkan arti kesempurnaan. Seperti kamu mengatakan;
"zaidurrijalu"
Zaid adalah orang yang sempurna sifat kelaki-lakiannya. Demikian
juga huruf "lam" yang masuk dalam lafadz nama-nama Allah ta'ala.
[Dengan demikian ketika kamu mengatakan;
"Allohul Qodiiru"
maka artinya adalah Allah Yang Maha Sempurna Kekuasaan-Nya.]"
Dua pendapat ini, maksudnya dari al-Muqoddasi dan Sibawaih,
disebutkan oleh Ahmad at-Tunisi dalam kitab Nasyru al-La-aali.
Ketahuilah! Sesungguhnya lafadz Jalalah atau "Allah" adalah
lafadz yang paling makrifat berdasarkan kesepakatan para ulama.
Dikisahkan bahwa Sibawaih diimpikan dalam tidur
seseorang. Sibawaih memberitahunya bahwa Allah telah
memuliakannya dengan kemuliaan yang agung karena ucapannya,
"Sesungguhnya nama "Alloh" ta'aala adalah kalimah isim yang paling
makrifat."
Diterjemahkan oleh Muhammad Ihsan Ibnu Zuhri (Salatiga) Pondok Pesantren al-Yaasin
silahkan download file pdf dihalaman yang lain di website ini
keterangan tanda [...] adalah matan dari kitab safinah
08-11-2020 (782)
safinatun naja kasyifatus saja fiqih islam pdf gratis haukola sholawat tabiin
Jangan lupa klik iklan dan tulis komentar biar semangat bikin kontent..
Donasi klik link ini https://saweria.co/zalfaz