Sebelumnya rute telah saya baca. Melihat dari google maps nanti perjalanan akan menggunakan jalur yang mana ?.

Sedikit berbeda dari yang disarankan oleh google maps. Hapalan saya jalur yang biasa saya gunakan dan saya rasa lebih nyaman walau banyak kelokan adalah melewati Nongkojajar. Hingga pertigaan tutur dan pasar Nongkojajar semua saya rasa aman, baru setelah itu saya sedikit kebingungan.
Mulai dari kebun raya Purwodadi yang tersohor dan sejuk, kemudian kita belok kiri karena dari arah Pasuruan, menuju Nongkojajar.
Jalan kami lewati sudah beraspal tetapi berkelok kelok seperti ular yang merayap menaiki pegunungan. jalur ini menyenangkan bagi yang bisa menikmati pemandangan gunung gemunung, sawah terasiring dan beberapa hutan yang mengayuppi perjalanan. Oh ya bagi kalian yang pakai motor harus sedia sarung tangan dan jaket, karena kita berada di pegunungan maka suhu disini cukup dingin, dan jika saat hujan harus waspada, karena mungkin air hujan akan membatasi penglihatan kita untuk melihat samping atau kaca spion, maklum jalurnya berliku jadi harus melihat kanan dan kiri.
Disepanjang jalur wilayah tutur ada banyak tempat yang dapat disinggahi, sebut saja cafe Bunga, cafe Kangen dan lain – lainnya. jalur ramai seperti ini tidak akan luput dari warung kopi yang berjajar di pinggir jalan. apalagi pegal dan mungkin mual di perjalanan memaksa mereka berhenti sejenak untuk menyegarkan mana dan menenangkan pikiran.
sampailah kita di pertigaan Tutur, kemudian belok kanan menuju pasar pertigaan Nongkojajar. dari masjid dipertigaan itu kita belok kanan, sebetulnya ada jalur tembusan dari pasar Nongkojajar, tetapi jalur itu lebih kecil dari yang saya lewati saat ini.
Lanjutkan perjalanan ternyata tanda ke Gunung Tanggung sangat kecil, ada di pohon sebelah kanan tepat di tikungan, sehingga panah ini arahnya karena tikungan atau masuk gang ? mungkin ditambahkan atau diberi tanda belok kanan disebelah kiri. ada Gapura merah besar itu ternyata belok kanan.
saya sempat terlewat dan minggir di dekat bapak2 yang ngopi di warung, sontak bapak2 yang sudah sepuh itu bertanya “mau ke Tanggung ?”, kebetulan sekali saya jawab “enggeh”, “belok masuk sana leh”. putar balik lah saya dan berbeloh ke arah desa yang belum pernah saya jamah.
kali ini hanya insting yang bicara, melintasi jalan yang nampak lebar dan arah puncak gunung yang ada di tenggara. Sesekali saya melihat motor dengan penumpang yang membawa ransel / carier, menyakinkan perjalanan kita di arah yang benar.
ada beberapa persimpangan yang memiliki tanda jalur ke tanggung, tetapi ada juga yang tidak ada, malah ada tanda RT dan RW saja, sehingga harus bertanya pada warga yang sedang ngarit.
akhirnya sampai juga kita di basecamp Tanggung dengan parkir pinggir jalan dan ada warung untuk istirahat sebentar. saya akan lanjutkan pendakian di halaman berikutnya.