Fathul Qorib 001- Pembuka

Fathul Qorib 001- Pembuka

judul aslinya adalah Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar. Dikarang oleh Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili Abu Abdillah Syamsuddin

Syaikh Al Imam Al-Alim Al-Alamah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qosim As Syafi’i -Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keridlhoannya amin- berkata : Seluruh pujian hanya hak Allah, memulainya dengan hamdalah karena berharap berkah, karena merupakan permulaan setiap urusan yang penting, penutup setiap puji yang diijabah, dan akhir ungkapan orang-orang mu‟min di surga, kampung pahala. Aku memujiNya yang telah memberikan taufiq kepada setiap yang Dia kehendaki dari kalangan para hambanya, untuk tafaquh di dalam Agama sesuai dengan yang dikehendakiNya. Aku bersholawat dan memohonkan keselamatan bagi makhluk termulia, Muhammad penghulu para utusan, yang bersabda :

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikannya maka Dia Ta‟ala akan memahamkannya pada agama” (HR. Bukhori[71], Muslim[1037]),

demikian pula sholawat dan salam bagi seluruh pengikut dan sahabatnya, selama ada orang-orang yang berdzikir dan adanya orang-orang yang lalai.

Kemudian, kitab ini sangatlah ringkas dan runtut, kitab ini saya berinama At Taqrib, dengan harapan para pemula bisa mengambil manfa’at dalam masalah cabang syari’at dan agama, dan supaya menjadi media bagi kebahagiaanku pada hari pembalasan, serta bermanfaat bagi para hambanya dari orang-orang Islam. Sesungguhnya Dia maha Mendengar permintaan hambanya, Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan, orang yang memaksudkanNya tidak akan sia-sia.

“Jika hambaku bertanya kepada mu, maka sesungguhnya Aku sangatlah Dekat”. (QS. Al Baqoroh : 186).

Ketahuilah!, dalam sebagian naskah kitab pada muqoddimahnya terkadang penamaanya dengan At Taqrib dan terkadang pula dengan Ghoyatul Ikhtishor, oleh karena itu saya pun manamainya dengan dua nama, pertama Fathul Qorib Al Mujib Fi Syarhi Alfadzi At Taqrib, kedua Al Qaul Al Mukhtar Fi Syarhi Ghoyatil Ikhtishor.

As Syaikh Al Imam Abu Thoyyib, dan terkenal pula dengan nama Abi Suja Syihabul millah wad dien Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Al Ashfahaniy –semoga Allah memperbanyak curahan rahmat dan keridlhoan kepadanya, dan menempatkannya di surga tertinggi– berkata: [Bismillahirrohmaanirrohim] Aku memulai tulisan ini Allah merupakan nama bagi Dzat Yang Wajib Adanya – wajibul wujud Ar Rohman lebih menyampaikan daripada Ar Rohim.

[Al Hamdu] merupakan pujian kepada Allah Ta‟ala dengan keindahan/kebaikan disertai pengagungan. [Robbi] yaitu Yang Maha Menguasai. [Al Aalamin] dengan difathahkan, ia sebagimana pendapat Ibnu Malik : Kata benda jamak yang khusus digunakan bagi yang berakal, bukan seluruhnya. Kata tunggalnya „aalam dengan difathahkan huruf lam, ia merupakan nama bagi selain Allah Ta’ala dan jamaknya khusus bagi yang berakal.

[Dan sholawat Allah] serta salam [atas pengulu kita, Muhammad sang Nabi] ia dengan hamzah dan tidak dengan hamzah adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan syariat yang dia beramal dengannya walaupun tidak diperintahkan menyampaikannya, maka jika diperintahkan menyampaikan maka dia Nabi dan Rosul. Maknanya curahkanlah sholawat Muhammad adalah nama yang diambil dari isim maf’ul al mudlhoaf alain. Dan Nabi merupakan badal dari nya atau athof bayan. [Dan] bagi [keluarganya yang suci], mereka sebagaimana diungkapkan As Syafi’i : Keluarganya yang beriman dari Bani Hasyim dan Bani Al Mutholib, dikatakan dan An Nawawi memilihnya : Mereka adalah seluruh orang muslim. Mudah-mudahan perkataanya ath thohirin diambil dari firmanNya Ta‟ala :

“dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya” (QS. Al Ahzab : 33).

[Dan] bagi [para sahabatnya], ia jamak dari shohibun nabi . Dan perkataanya [seluruhnya] merupakan ta’kid / penegas dari Sahabat.

Kemudian penulis menyebutkan bahwa dia menulis ringkasan ini karena suatu permintaan, dalam perkataannya : [sebagian al asdhiqo sahabat-sahabtku memintaku], ia jamak dari shodiiq. Dan perkataanya : [semoga Allah Ta’ala menjaga mereka], ia merupakan kalimat du’a. [supaya aku membuat suatu ringkasan], ia adalah sesuatu yang sedikit lafadznya dan banyak maknanya [dalam fiqih], ia secara bahasa bermakna pemahaman, adapun secara istilah adalah pengetahuan mengenai hukum-hukum syar’iyah amaliyah yang diusahakan dari dalil-dailnya yang rinci.

[terhadap Madzhab Al Imam] yang mulia, mujtahid, penolong sunnah dan agama, Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al Abbas bin Utsman bin Syafi’i. [Asy Syafi’i] dilahirkan di Gaza tahun 150 H dan wafat [semoga kepadanya tercurah rahmat dan keridlhoanNya] hari Jum’at akhir bulan Rajab tahun 204 H.

Penulis mensifati ringkasannya dengan ragam sifat, diantaranya [pada puncak ringkasan dan akhir rangkuman] dan kata-kata al ghoyah dan nihayah memiliki kedekatan makna, demikian pula al ikhtisor dan al ijaz, diantara sifatnya pula [mendekatkan pemahaman pada pelajar] kepada cabang fiqih [untuk mempelajarinya dan mempermudah para pemula untuk menghafalnya] yakni menghadirkannya dari hafalan bagi orang-orang yang berkeinginan menghafal ringkasan ilmu fiqh.

[Dan] sebagian sahabat meminta pula supaya aku [memperbanyak didalamnya] yakni di dalam ringkasan tersebut [pembagian-pembagian] ahkam fiqhiyyah [dan] dari [membatasi] yakni seksama [dalam menentukan] yang wajib, mandzub dan selain keduanya. [Maka aku berkeinginan mengabulkan pada] permintaannya karena [mengharap pahala] dari Allah Ta’ala atas usaha menulis ringkasan ini.

[Harapan hanya kepada Allah yang maha suci lagi maha tinggi] di dalam bantuan –dari keutamaanNya– untuk menuntaskan ringkasan ini, dan [harapan pula hanya kepada Allah, untuk mendafatkan taufiq pada kebenaran], ia merupakan lawan dari salah.

[SesungguhNya] Allah Ta’ala [atas segala sesuatu yang dikehendakiNya] yakni diinginkannya [Maha Mampu] yakni Maha Sanggup [dan Dia kepada para hambanya Maha Lembut lagi Maha Mengetahui] keadaan para hambanya. Yang pertama diambil dari firmanNya Ta‟ala

“Allah Maha Lembut kepada para hambanya” (QS. Asy Syuro : 19), yang kedua diambil dari firmanNya Ta‟ala “Dan Dia Maha Bijaksana lgi Maha Mengetahui” (QS. Al An‟am : 18)

al lathif dan al Khobir merupakan dua nama diantara nama-nama Allah Ta‟ala. Makna yang pertama „al lathif‟ yang mengetahui segala sesuatu secara detil dan permasalahan-permasalahannya, ia kadang dimutlakan pula pada makna Maha lembut kepada mereka, maka Allah Maha Mengetahui tentang para hambanya dan tempat-tempat kebutuhan/kehendak/keinginan mereka lagi Maha lembut kepada mereka. Makna yang kedua memiliki kedekatan makna dengan yang pertama, dikatakan : khobartu asysyaia akhbarohu fa anaa bihi khobiirun, yakni mengetahui.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *