Sudah menjadi fitrah bahwa dimana ada kenikmatan maka akan berkurang penderitaan, coba bayangkan ada sebuah gelas yang berisi air putih (diibaratkan kenikmatan) kemudian terceluplah pewarna (kesedihan), maka air itu akan berubah, bukan cuma warna tetapi juga berat total dalam gelas.
Masalah yang setitik itu mungkin tidak terlalu mempengaruhi berat/ jumlah air, gak sampai meluber. tetapi warna yang berbeda akan menimbulkan rasa yang berbeda bagi yang memandang. untuk hal ini solusinya klo gak disaring yah dikucurin air bersih terus biar air yang terlanjur tercampur meluber keluar gelas.
Cukup untuk kisah air, kita akan ke sebuah kisah penderitaan seorang penjual ES TEH yang menjadi sebuah kenikmatan. dan kenikmatan seorang penceramah yang mencoba membuat guyonan malah menjadi sebuah penderitaan.
Coba kita mulai dari sisi penceramah, si penceramah dalam posisi menyenangkan para pendengarnya. Dalam dunia pertunjukan sosok diatas panggung harus bisa memenuhi kebutuhan pendengar, entah dengan keseriusan atau dengan candaan. Tetapi sepengetahuan saya jarang sekali orang datang kesebuah acara gratis dan umum untuk mencari keseriuasan, kebanyakan mencari banyak kenikmatan, dan berharap mendapat sedikit keseriusan.
Coba kita lihat waktu terjadi peristiwa tersebut, ketika penceramah mengejek penjual es teh, saya melihat semua orang TERTAWA / TERSENYUM/ ekspresi senang, nampak sepertinya guyonan yang dihadirkan mampu memuaskan batin pendengar saat itu, sesuai dengan yang di agendakan tentunya. Namun “kejadian ANEH” ini entah kapan mulai munculnya ? karena saya baru tahu setelah banyak yang memposting karikatur penjual es teh. Akhirnya kenikmatan yang menjadi petaka pun dimulai, bait demi bait celaan bermunculan, sehingga menjadi maklum untuk memperbaiki keadaan dengan menutup lubang yang dianggap terlalu dalam, konsekuensinya adalah biaya tambahan dan ada kemungkinan berkurangnya pemasukan.
Jadi seperti itulah sisi pandang dari kacamata pemilik podium saat itu, mari kita membicarakan dari sisi penjual es teh.
Bagi kebanyakan penjual dimana ada keramaian, disana ada peluang untuk mendapatkan keuntungan. tentu bagi orang kecil seperti kita (yang bukan pemodal besar) dalam berdagang membutuhkan tenaga dan keingingan yang besar, bahkan rasa sungkan / takdim yang disering digaungkan juga agak digeser. Keinginan menarik perhatian sebagai bagian dari promosi juga harus dilakukan. Dan saya rasa sudah mendapatkan titik perhatian tersebut. mungkin saat seperti itu adalah saat yang dinantikan, dimana mungkin dari kebiasaan ketika iklan bertebaran maka barang dagangan akan laku keras, namun apalah daya kadang memang resiko dari pedagang kecil adalah tidak laku, kadang ditolak bahkan kadang dicaci. Nasib apes yang mungkin waktu itu diterima dengan legowo walau sedikit menyedihkan harus dibawah pulang.
Namun nasib jelek itu berputar terbalik. kesediahnnya menjadi kenikmatan, WIN – WIN – SOLUTION begitu lah kesepakatan yang digaungkan. tapi tidak bagi netijen, KENAPA ?? yah kan netijen tentu tidak kebagian nikmat itu, hanya kebagian rasa. RASA yang timbul dari angan – angan, tidak nyata , kadang datang , kadang hilang, yang pasti sudah terlanjur ada disana. DALAM INGATAN. dan ada hal lain dari netijen jenis “konten kreator” mungkin seperti saya ini yang sulit untuk dihilangkan yaitu kebutuhan untuk mendapatkan VIEWER. kita kadang merasa menggunakan sebuah fenomena yang di alami oleh orang lain sebagai bagian dari “ladang kesempatan”.
Pelajaran dari kejadian ini adalah bagaimana kita bisa melihat sesuatu dengan prespektif berbeda, bukan hanya dari sudut pandang kita.
seperti biasa link youtube penjual es teh